Jakarta International Java Jazz Festival 2014 (JJF 2014) yang akan
digelar pada tanggal 28 Februari, 1 dan 2 Maret 2014, di JIExpo Kemayoran,
merupakan penyelenggaraan ke-10 dari festival jazz terbesar di dunia yang
diproduksi oleh orang Indonesia secara konsisten.
Sejak awal berupa gagasan,
hingga penyelenggaraannya yang pertama tahun 2005 di Jakarta Convention Center,
Peter F. Gontha dan tim Java Festival Production (JFP) memang mengupayakan
festival ini menjadi festival jazz terbesar di dunia. Alasannya sederhana saja,
meski tidak mudah dilaksanakan, yaitu membuat festival jazz yang membuat mata
publik dunia melihat ke Indonesia. Untuk itu, perlu festival musik jazz yang
terbesar di dunia untuk menampilkan kehebatan musik jazz yang ada di dunia ke
Indonesia dan bersanding dengan musisi Indonesia. "Bringing the World to
Indonesia"
Usaha dan kerja keras JFP yang dipimpin oleh Dewi Gontha
mendapat pengakuan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) pada tahun 2010, ketika
Java Jazz Festival berpindah tempat penyelenggaraannya di JIExpo Kemayoran.
Rekornya adalah "Festival Jazz Terbesar di Dunia". Pada tahun 2010,
ada lebih dari 1.500 musisi asing dan Indonesia yang bermain di 20 panggung
selama 3 hari penyelenggaraan Java Jazz Festival 2010, dan ditonton oleh lebih
dari 105.000 pencinta jazz dari Indonesia dan luar negeri.
Jumlah musisi, panggung
dan penonton yang terus bertambah dari tahun ke tahun adalah alasan utama
kepindahan lokasi penyelenggaraan Java Jazz Festival pada tahun 2010 hingga
penyelenggaraanya yang ke-10, tahun 2014.
Selama 9 tahun penyelenggaraan dan
menuju penyelenggaraan ke-10, dan dengan segala pencapaiannya, hanya berhasil
karena kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk sponsor dan tentu saja pers.
PT. Bank Negara Indonesia (BNI), PT. Garuda Indonesia, PT. Sinar Sosro, PT.
Multi Bintang dan Brown Forman adalah lima sponsor yang setia mendukung Java
Jazz Festival sejak tahun pertama penyelenggaraannya. Tidak kurang juga
dukungan dari pemerintah terutama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,
Kementerian Perdagangan serta jajaran Pemerintah Propinsi DKI Jakarta yang
terus mendukung acara musik ini.
Panggung Java Jazz Festival Spirit
"Bringing the World to Indonesia" yang menjadi tema pada tahun-tahun
awal penyelenggaraan Java Jazz Festival, terus menjadi jiwa dan semangat JFP
dalam menyelenggarakannya hingga kini. Panggung Java Jazz Festival juga
berhasil membawa beberapa grup band Indonesia yang telah lama tidak melakukan
pertunjukan bersama lagi.
Tidak hanya itu, panggung Java Jazz Festival kerap
memberi penghormatan kepada musisi ataupun kelompok yang banyak berperan di
perjalanan sejarah musik Indonesia.
Java Jazz Festival memberikan ruang bagi
musisi-musisi muda Indonesia. Di sisi lain, tim program Java Jazz Festival juga
kerap memberi tantangan kepada musisi untuk menampilkan hal yang berbeda, kreativitas
baru, bukan permainan musik yang sehari-hari dilakukan. Akibatnya, tiap tahun
selalu ada special project dari musisi Indonesia, baik yang mereka mainkan
sendiri ataupun berkolaborasi dengan musisi internasional, yang tak pernah
ditampilkan sebelumnya. Ini adalah bagian dari the excitement of experiencing
Java Jazz Festival.
Java Jazz Festival adalah etalase kreativitas musik
Indonesia dan internasional.
Kontribusi Java Jazz Festival is beyond jazz
music. Mengambil tajuk sebagai festival jazz, namun jazz sebagai sebuah genre
musik, sepanjang perjalanannya telah meleburkan banyak genre musik lainnya,
termasuk musik tradisional berbagai bangsa.
![]() |
Balance and The Traveling Sound, JJF 2013 |
Sebagai festival musik yang menjadi bukti kemampuan kerja orang Indonesia dalam menyelenggarakan event kelas dunia. Java Jazz Festival menjadi materi public relations bagi Indonesia, baik dari sisi pariwisata, maupun pergaulan politik dunia.
Dengan spirit "Bringing the World to Indonesia", musisi dan wisatawan internasional yang hadir di Java Jazz Festival dapat menjadi saksi keadaan Indonesia. Belum lagi beberapa Kedutaan Besar negara sahabat yang selalu hadir mendukung Java Jazz Festival, mereka memberitakan pula keberhasilan dan kelancaran penyelenggaraan acara ini. Java Jazz Festival melakukan peran yang unik bagi promosi pariwisata dan diplomasi Indonesi dengan Jazzin'Up Diplomacy.
Banyak musisi yang semakin dikenal setelah tampil di Java Jazz Festival, dan ada pula yang berkesempatan berkolaborasi dengan musisi kelas dunia yang dikagumi selama ini.
Java Jazz Festival menghadirkan kembali musik Indonesia yang telah lama tak terdengar oleh publik. Ini bukan sekedar apresiasi dan penyampaian sejarah, musik adalah hasil kreativitas yang selalu berpotensi melahirkan kreasi baru bagi pekerja seni generasi berikutnya.
Dalam sisi pengorganisasian, Java Jazz Festival membuka peluang anak-anak muda untuk menjadi volunteer dan belajar dari penyelenggaraan Java Jazz Festival. Banyak diantaranya dapat memanfaatkan pengetahuan yang dipelajari di Java Jazz Festival dan kini menjadi praktisi di berbagai bidang.
Berbagai pihak, termasuk Dinas Pariwisata DKI Jakarta dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menyampaikan meningkatnya kunjungan wisatawan internasional dalam kurun waktu penyelenggaraan Java Jazz Festival.
JJF 2014 Brazilian
music, smooth jazz, dan straight ahead jazz dengan nuansa desain Jawa. Itulah
yang akan mengisi ruang venue JJF 2014 pada tanggal 28 Februari, 1 dan 2 Maret
2014.
Beberapa nama musisi sedang diapproach , dan beberapa lainnya telah
memberikan konfirmasinya untuk tampil di JJF 2014. Seperti biasa, Tim Program
memadukan musisi legendaris hingga musisi muda dari berbagai belahan dunia. Di
deretan musisi legendaris ada nama Tania Maria, Sadao Watanabe, Ivan Lins,
serta Roy Ayers yang akan tampil dengan keyboardist kawakan Lonnie Liston
Smith. Di kelompok musisi muda akan hadir Allen Stone, Jamie Cullum, dan Robert
Glasper yang membawa permainan musik jazz dengan paduan musik yang berbeda.
Musisi Brasil juga datang dengan generasi yang lebih muda, seperti Thais Motta
dan Joao Sabia. Negara-negara Skandinavia sudah ada nama Nils Petter Molvaer
dan Magnus Lindgren. Musisi lain yang sudah menyatakan kesediaannya untuk hadir
ada Gerald Albright, James Taylor Quartet, Norman Brown, Earth Wind & Fire
Experience, Dave Koz, Mindi Abair, Richard Elliot, Jonathan Butler, dan Rick
Braun. Tentu saja masih ada konfirmasi menyusul lainnya sampai nanti saat JJF
2014 berlangsung.
Hal yang menarik adalah kehadiran musisi dari negara-negara
Skandinavia, Brasil dan Australia, karena hal ini sekali lagi menunjukan bahwa
Java Jazz Festival telah menjadi festival jazz yang strategis dan penting
memperkenalkan musisi negeri mereka ke publik dunia.
JJF 2014 adalah edisi
ke-10 festival jazz terbesar di dunia ini. Indonesia boleh bangga akan festival
yang produksinya dilakukan oleh orang Indonesia dan dalam waktu kurang dari 10
tahun telah menjadi festival terbesar di dunia. Festival jazz internasional
lainnya yang sekelas dengan Java Jazz Festival telah berusia puluhan tahun.
Informasi perkembangan persiapan JJF 2014 bisa dilihat di
www.javajazzfestival.com, Facebook Jakarta International Java Jazz Festival,
Google+ page Java Festival Production, dan twitter @JavaJazzFest. Serta ikuti
Instagram dengan akun JavaFestPro dan kanal Youtube Java Jazz Festival. Tiket
earlybird JJF 2014 mulai dijual secara online mulai tanggal 6 November 2013.
No comments:
Post a Comment